Baduy dalam Menanggapi Pemilu#2

20.33 jaka thinker 0 Comments

Lihat "Baduy dalam Menanggapi Pemilu#1"

Rupanya kang Jaori (sebut saja begitu karena saya agak sedikit lupa) ini penganten yang masih terbilang baru dan belum punya anak. hanya ada istrinya yang menjaga di rumah. Perempuan Baduy tidak menemani kami bertamu hanya sekali saja waktu mengantarkan minuman, sudah itu masuk lagi ke pawon atau dapur. Saya sempet minta di foto, namun kawan saya ga berani karena ini sudah masuk wilayah Baduy dalam.

Tampaknya kawan saya ini sudah kenal dekat dengan Kang Jaori, obrolan begitu akrab sambil penuh canda, sambil makan malam dengan hidangan ikan asin, kami berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, karena bahasa sunda orang Baduy tidak bisa dimengerti, nampaknya beda dengan bahasa Sunda Banten. Dari Kang Jaori saya mendapat bocoran tentang apa saja yang menjadi peraturan dan pantangan/pamali bagi orang Baduy dalam, diantaranya adalah :
  • - Semua jenis alat elektronik (modern) tidakk diperbolehkan. Untuk penerangan mereka munggunakan minyak kelapa, minyak tanah tidak diperbolehkan.
  • - Tidak boleh menanam singkong. Untuk dua hal ini saya pernah bertanya kepada kawan dari IPB bahwa minyak tanah itu merusak tanah, hingga tanah yang sudah kena minyak akan sulit untuk ditanami kembali. Sedangkan singkong adalah jenis tanaman umbi-umbian yang paling rakus menyedot gizi tanah, coba perhatikan tanah di sekitar pohon singkong akan terlihat kering dan gembur.
  • - Mandi tidak boleh pake sabun, mereka hanya memakai bahan dari tumbuhan sebagai alat cucinya. Pada saat itupun kami tidak mandi sampai keesokan harinya, karena kami sudah terbiasa menahan diri untuk tidak mandi dalam beberapa hari.
  • - Mereka memelihara ayam kampung, namun hanya di sembelih pada saat-saat ada upacara adat.
  • - Dalam perjodohan ditentukan oleh pemuka adat disana, jadi para pemuda/gadis disana tidak bisa memilih calon pasangannya.
  • - Di Baduy tidak ada hak kepemilikan tanah, adanya hak guna pakai, seperti juga di ladang ini. Kang Jaori menempati ladang hanya saat musim tanam, kalau sudah panen dia akan pindah ke ladang yang lain, dan ladang yang sekarang dia tempati, akan diganti oleh warga baduy lainnya, sistem rolling. Hak guna pake ladang ini hanya diperuntukan bagi mereka yang sudah menikah.
  • - Hak kepemilikan hanya berlaku untuk pohon yang punya nilai ekonimi, siapapun yang menanam pohon di hutan dialah yang jadi pemiliknya. seperti pada saat kami ngobrol ada temennya Kang Jaori yang datang menawarkan pohon duren seharga Rp. 400.000,-
  • - Tidak boleh merubah struktur tanah, mereka menanam padi tidak di sawah tapi di ladang. Begitupun cara membangun rumah, tiang rumah yang menyesuaikan, maka tidak heran kalau tiang rumah mereka tidak sama panjang.
  • - Tamu tidak boleh menginap secara berturut-turut, artinya jika kami ingin menginap 2 malam, setelah menginap semalam kami harus keluar dulu dari baduy dalam, baru ke dua malam berikutnya diperbolehkan untuk kembali, mirip penggunaan visa pada ketentuan negara.Gak kebayang siapa yang mampu melakukan perjanan bulak-balik seperti itu, dengan rute jalan kaki lumayan jauh dan naik turun bukit, hanya orang-orang yang punya niat kuat yang bisa menempuh perjalanan seperti ini. Bagi yang hanya penasaran dan cuma wisata seperti kami rasanya sulit terlaksana.
  • - Tamu hanya diterima di wilayah kampung Cibeo, sedangkan dua kampung lainnya Cikatawarna dan Cikesik tidak sembarangan orang bisa masuk kesana. Konon katanya baru Ully Sigar Rusadi yang sudah dapat masuk ke dua kampung tersebut.
  • - Orang Baduy dalam tidak diperbolehkan naik kendaraan, peraturan ini tidak berlaku untuk orang baduy luar, mereka diperbolehkan naik kendaraan dan menggunakan alat eletronik lainnya, seperti ada beberapa yang sudah punya hp, bahkan ada yang sudah punya akun FB.

Tidak terasa malampun semakin larut, kawanku menyarankan untuk segera tidur, karena besok paginya harus segera kembali ke perkampungan baduy luar untuk menyaksikan proses pencoblosan PEMILU, di dekat pintu gerbang masuk baduy, karena warga baduy dalam tidak ikut pada pesta demokrasi ini. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan pada pencoblosan PEMILU di Baduy luar ini, prosesnya hampir sama dengan tempat lainya di pelosok negri ini, hanya saja sedikit perbedaannya mungkin disini orang baduy luar memakai pakaian khas mereka yaitu hitam-hitam dan ikat kepala warna biru. Akhirnya setelah kawan saya ambil gambar secukupnya, kamipun kembali dengan memakai rute yag sama saat kami datang.

"Yang Panjang jangan di potong, yang pendek jangan disambung" itulah falsapah hidup mereka yang sampai sekarang masih mereka pegang teguh. sederhana memang, tapi mereka mentaatinya dengan sepenuh hati dan penuh keyakinan. itu yang menjadikannya mereka bisa bertahan sampai sekarang. Bagaimana dengan falsapah hidup negara kita? itu lain cerita.

0 komentar: