Membelah Lombok, Pulau Seribu Masjid

19.54 jaka thinker 0 Comments


Tulisan ini merupakan catatan perjalan kami ketika akan berkunjung ke pulau Bungin, rasanya pantas juga untuk di ceritakan, ada hal-hal yang menarik buat saya. Lombok masuk ke dalam wilayah Nusa Tenggara Barat. Daerah ini banyak sekali tempat wisata, terutama pantainya. Tak kalah sebenarnya dengan Bali, cuman pengelolaan dan kesadaran masyarakat disini belum sebaik Bali.

Tujuan kami di Lombok memang bukan untuk wisata, tapi untuk memenuhi undangan dari seorang teman agar kami tinggal dan berproses kesenian disana, dalam hal ini seni rupa selama kurang lebih dua bulan. Kalau istilah kerennya "Resindency". Saya jelaskan sedikit Residency dalam istila senirupa adalah sebuah program dimana seorang seniman melakukan kegiatan atau membuat suatu karya dan mempresentaikannya atas undangan organisasi atau perorangan lainnya di tempat yang mereka tentukan. Biasanya yang sering banyak membuat acara seperti ini adalah lembaga-lembaga kesenian. Kalau di barat sana ini bukan hal yang baru. Ada dua jenis kegiatan residency ini, yang pertama atas undangan penyelenggara, yang model seperti ini semua biaya ditanggung panitia. Yang kedua kita yang mengajukan tproposal, kalau yang ini kebanyakan biaya sendiri, namun ada juga yang dibiayai panita.
Pasukan anti haru-haru
Dari Mataram kami memulai perjalan menuju pulau Bungin dengan menggunakan sepeda motor. Dengan kendaraan ini kita jadi lebih leluasa untuk melihat-lihat pemandangan sepanjang jalan yang kita lewati. Kamipun disuguhi dengan berbagai macam pemandangan yang bagi saya merupakan hal yang istimewa karena baru melihatnya. masjid-masjid berarsitektur modern berjejer tidak mau berjauhan, seakan akan lombok ini negeri dengan seribu masjid, tidak berlebihan memang kalau mereka mengklaim seperti itu, 90% penduduk yang mendiami pulau ini beragama Islam, luas dari pulau ini sekita 4.500 kilometer persegi, dan masjid yang ada disini sekitar 3.500, jadi pada tiap satu kilometernya terdapat 1 masjid yang rata-rata desain arsitekturnya hampir sama bergaya modern.  Dan konon katanya Raja Dangdut kita bang Rhoma pernah beberapa kali menjadikan Lombok ini untuk lokasi shuting film-filmnya.


Perkebunan tembakau juga salah satu yang bisa kita saksikan disepanjang jalan. Tembakau nampaknya jadi andalan hasil perkebunan masyarakat disini.Terbukti dengan adanya kantor khusus cabang HTM SAMPOERNA. bahkan di sebelah timur pulau ini ada tulisan Sampoerna lumayan cukup besar seperti tulisan Holywood di LA sana.

Di Lombok Timur kami sempat mampir sebentar ke rumah seorang kawan , temanya dari sahabat saya (sahabt saya ini memang banyak temennya). Sambil beristirahat dan ngobrol kami disuguhi kopi hitam, gila beneer kopinya sangat tebal, hampir memenuhi separo gelas!. Ternyata disini lebih parah dari budaya ngopi di Jawa Timur. Setelah menghabiskan secangkir kopi sampai ludes, bukan keran kami rakus, tapi ini sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah, kami pun melanjutkan perjalanan sampai Pelabuhan Kayangan. Untuk selanjutnya menyebrang ke pulau Sumbawa dan pulau Bungin sebagi tujuan utama kami.




0 komentar: